TUGAS MAKALAH
TEORI ORGANISASI UMUM 1#
TEORI ORGANISASI UMUM 1#
“KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI”
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK
5 :
1.
Putri Kartika (18114607)
2.
Aldhi Ferdiansyah (10114733)
3.
Harryanto Adhi (14114823)
4.
Hana Miftaahur (14114725)
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
PTA. 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Kepemimpinan Dalam Organisasi”. Dari makalah ini semoga dapat memberikan informasi kepada kita semua betapa pentingnya pemimpin dalam sebuah organisasi.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada Ibu Adelia Riana Dewi selaku dosen mata kuliah yang bersangkutan, dan semua pihak yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan makalah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun agar makalah ini selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta komprehensif.
Demikian
akhir kata dari kami, semoga makalah ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak dan
pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat membuka
wawasan ilmu budaya serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan
datang.
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu masalah yang paling
populer dewasa ini adalah masalah kepemimpinan. Pentingnya manajemen merupakan
salah satu alat dalam kehidupan suatu organisasi, terutama dalam bidang
kehidupan manusia selalu mendapat perhatian khusus. Dalam hal ini selalu
dititik beratkan kepada pimpinan. Pimpinanlah yang merupakan motor penggerak
dari sesuatu usaha atau kegiatan. Pimpinan tersebut harus mampu melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen, terutama dalam pengambilan keputusan dan
kebijaksanaan yang dapat mempermudah pencapaian tujuan dari organisasi itu
secara efektif dan efisien.
Bertitik tolak dari hal-hal
tersebut, maka berhasil tidaknya suatu usaha pencapaian tujuan yang telah
ditentukan itu sebagian besar akan ditentukan oleh kemampuan pimpinan yang
memegang peranan penting dalam rangka menggerakkan orang-orang bawahannya, Keterampilan
kepemimpinan (Leadership Skill) yang baik dan efektif sangat penting untuk
membangun, mendorong dan mempromosikan budaya dalam perusahaan yang kuat dan
akhirnya mencapai kesuksesan. Dengan demikian, keterampilan kepemimpinan
diperlukan untuk memaksimalkan efisiensi dan mencapai tujuan organisasi.
Sebuah organisasi hanya akan
berkembang dan maju apabila cepat tanggap terhadap perubahan yang pasti akan
terjadi. Pemimpin masa kini dan masa depan dituntut untuk tidak sekedar
bersikap luwes dan beradaptasi dengan lingkungan yang bergerak sangat dinamis,
akan tetapi juga mampu mengantisipasi berbagai bentuk perubahan dan secara
proaktif menyusun berbagai program perubahan yang diperlukan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan
pengertian kepemimpinan.
2. Dapat
mengetahui tipe-tipe kepemimpinan.
3. Dapat
menyebutkan gaya kepemimpinan.
4. Mengetahui
teori yang mendasar kepemimpinan.
5. Menjelaskan
fungsi dari kepemimpinan.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk berbagi
informasi kepada kita semua tentang arti
penting pemimpin dalam sebuah organisasi, dan khususnya kami sebagai penulis
mengajak untuk menjadi pemimpin yang baik dan jujur dalam sebuah organisasi.
BAB 2
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kepemimpinan dalam Organisasi
Kepemimpinan berasal dari bahasa inggris
yaitu leadership. Menurut Tikno Lensufie, Kepemimpinan memiliki arti luas,
meliputi ilmu tentang kepemimpinan, teknik kepemimpinan, seni memimpin, ciri kepemimpinan,
serta sejarah kepemimpinan. Kepemimpinan bukan berarti memimpin orang
untuk sesaat (insidental) seperti memimpin upacara bendera, memimpin paduan
suara dan sebagainya. Tapi kepemimpinan lebih kepada seseorang yang memimpin
suatu organisasi atau institusi.
kepemimpinan adalah faktor kunci dalam suksesnya suatu
organisasi serta manajemen. Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan kerja
para anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang
baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber
daya organisasi agar dapat bersaing secara baik.
Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di
bidang organisasi dan manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan
aspek individual seorang pemimpin dengan konteks situasi di mana pemimpin
tersebut menerapkan kepemimpinan.
Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam arti segala perilaku
yang diterapkan seorang pimpinan akan memiliki dampak luas bukan bagi dirinya
sendiri melainkan seluruh anggota organisasi.
Sebelum memasuki materi kepemimpinan, perlu terlebih dahulu
dibedakan konsep pemimpin (leader) dengan kepemimpinan (leadership). Pemimpin
adalah individu yang mampu mempengaruhi anggota kelompok atau organisasi guna
mendorong kelompok atau organisasi tersebut mencapai tujuan-tujuannya. Pemimpin
menunjuk pada personal atau individu spesifik atau kata benda. Sementara itu,
kepemimpinan adalah sifat penerapan pengaruh oleh seorang anggota kelompok atau
organisasi terhadap anggota lainnya guna mendorong kelompok atau organisasi
mencapai tujuan-tujuannya.
2.2
Macam-Macam Tipe Kepemimpinan
1.
Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi,
daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain,
sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan
pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap
memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang
superhuman, yang di perolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan
yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada
pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan
daya tarik yang amat besar.
2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis
Kepemimpinan
paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan
sifat-sifat sebagai berikut:
·
mereka menganggap bawahannya sebagai manusia
yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
·
mereka bersikap terlalu melindungi.
·
mereka jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.
·
mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk berinisiatif.
·
mereka memberikan atau hampir tidak pernah
memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi
dan daya kreativitas mereka sendiri,
·
selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe
kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
·
lebih banyak menggunakan sistem
perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.
·
menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
·
sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara
ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan.
·
menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku
dari bawahannya.
·
tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan
kritikan-kritikan dari bawahannya.
·
komunikasi hanya berlangsung searah.
4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative,
Dominator)
Kepemimpinan
otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
·
mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak
yang harus dipatuhi.
·
pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain
tunggal.
·
berambisi untuk merajai situasi.
·
setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan
sendiri.
·
bawahan tidak pernah diberi informasi yang
mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan.
·
semua pujian dan kritik terhadap segenap anak
buah diberikan atas pertimbangan pribadi.
·
adanya sikap eksklusivisme.
·
selalu ingin berkuasa secara absolute.
·
sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno,
ketat dan kaku.
·
pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan
apabila mereka patuh.
5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada
tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan
tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi
sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa,
tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja,
tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai
pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem
nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan
kacau balau.
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan
populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan
jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan
tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi secara efektif. pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat
dan administrator-administrator yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi
dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi
yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya
perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan
sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan
demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan
kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga
kelompok.
Kepemimpinan
demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya
masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
2.3 Gaya Kepemimpinan
1.
Gaya
Kepemimpinan Otokratis
Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri
pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk
yang datangnya dari pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak
adanya peran serta anak buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Pemimpin secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan
bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah
pemberian perintah. Pemimpin otokratis adalah seseorang yang memerintah dan
menghendaki kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan kemampuannya untuk memberikan
hadiah serta menjatuhkan hukuman. Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan semata-mata
diputuskan oleh pimpinan.
2.
Gaya
Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain
agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan
dan bawahan. Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan yang
terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan
konsultatif atau partisipatif. Pemimpin kerkonsultasi dengan anak buah untuk
merumuskan tindakan keputusan bersama.
3.
Gaya
Kepemimpinan Delegatif
Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan jarangnya pemimpin
memberikan arahan, keputusan diserahkan kepada bawahan, dan diharapkan anggota
organisasi dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri (MacGrefor, 2004). Gaya
Kepemimpinan adalah suatu ciri khas prilaku seorang pemimpin dalam menjalankan
tugasnya sebagai pemimpin. Dengan demikian maka gaya kepemimpinan seorang
pemimpin sangat dipengaruhi oleh karakter pribadinya.
Kepemimpinan delegatif adalah sebuah gaya kepemimpinan yang dilakukan
oleh pimpinan kepada bawahannya yang memiliki kemampuan, agar dapat menjalankan
kegiatannya yang untuk sementara waktu tidak dapat dilakukan oleh pimpinan
dengan berbagai sebab. Gaya kepemimpinan delegatif sangat cocok dilakukan jika
staf yang dimiliki memiliki kemampuan dan motivasi yang tinggi. dengan demikian
pimpinan tidak terlalu banyak memberikan instruksi kepada bawahannya, bahkan
pemimpin lebih banyak memberikan dukungan kepada bawahannya.
4.
Gaya
Kepemimpinan Birokratis
Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan
peraturan”. Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur
yang berlaku bagi pemipin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis pada
umumnya membuat keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada secara kaku
tanpa adanya fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada pimpinan dan
sedikit saja kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak
boleh lepas dari ketentuan yang ada.
5.
Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif.
Kurang interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini
hanya bias berjalan apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan
keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran cukup tinggi. Dalam gaya kepemimpinan
ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya atau sama sekali
membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya.
6.
Gaya
Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan
yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan
tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para
bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Tipe kepemimpinan yang
otoriter biasanya berorientasi kepada tugas. Artinya dengan tugas yang
diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari
lembaganya ini akan diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah kepada
bawahannya agar kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan
hanyalah suatu mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri,
inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali tak pernah diperhatikan.
7.
Gaya
Kepemimpinan Karismatis
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang.
Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya
pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi
perubahan dan tantangan. Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model
ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka
mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang –
orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang
diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si
pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.
8.
Gaya
Kepemimpinan Diplomatis
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan
perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan
dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan
kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang
menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya. Kesabaran dan kepasifan
adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat
sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat
keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut,
tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para
pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
9.
Gaya Kepemiminan
Moralis
Kelebihan dari gaya
kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan kepada semua
orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para
bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri
pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari
segala kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya.
Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan
mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat. Jika saya
menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya kepemimpinan demokratis.Karena
melalui gaya kepemimpinan seperti ini
permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan
bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.
10. Gaya Kepemimpinan Administratif
Gaya kepemimpinan tipe ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku
pada aturan. Sikapnya konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil
resiko dan mereka cenderung mencari
aman. Model kepemimpinan seperti ini jika mengacu kepada analisis perubahan
yang telah kita bahas sebelumnya, hanya
cocok pada situasi Continuation, Routine change, serta Limited change.
11. Gaya kepemimpinan analitis (Analytical).
Dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya pembuatan keputusan
didasarkan pada proses analisis,
terutama analisis logika pada setiap informasi yang diperolehnya. Gaya
ini berorientasi pada hasil dan menekankan pada rencana-rencana rinci serta
berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model ini sangat mengutamakan logika
dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.
12. Gaya kemimpinan asertif (Assertive).
Gaya kepemimpinan ini sifatnya
lebih agresif dan mempunyai perhatian yang sangat besar pada pengendalian
personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe asertif
lebih terbuka dalam konflik dan kritik. Pengambilan keputusan muncul dari proses
argumentasi dengan beberapa sudut pandang sehingga muncul kesimpulan yang
memuaskan.
2.4 Teori
Dasar Kepemimpinan
Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan
disini adanya tiga teori dasar kepemimpinan:
1.
Teori
Genetis (Keturunan).
Inti dari teori menyatakan bahwa—Leader
are born and not made—(pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya
dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa
seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat
kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia
telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai
pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong
pada pandangan fasilitas atau determinitis. Teori ini menganggap bahwa
kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa
sejak lahir yang ada pada diri seorang pemimpin. Menurut teori ini kepemimpinan
diartikan sebagai traits within the individual leader. Jadi
seseorang dapat menjadi pemimpin karena dilahirkan sebagai pemimpin dan bukan
karena dibuat atau dididik untuk itu (leader were borned and note made).
2.
Teori
Sosial.
Jika teori pertama di atas
adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim
pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa—Leader are made
and not born—(pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi
teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini
mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi
pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup. Teori ini
memandang kepemimpinan sebagai fugsi kelompok (function of the group). Menurut
teori ini, sukses tidaknya suatu pemimpin tidak hanya dipengaruhi oleh
sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi justru yang lebih penting adalah
dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang didampinginya.
3 3. Teori Ekologis.
4 Kedua teori yang ekstrim di atas
tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori
tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini
pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang
baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian
dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan
untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari
kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling
mendekati kebenaran. Teori ini tidak hanya didasari atas padangan yag bersifat
psikologis dan sosiologis, tetapi juga ekonomi dan politis. Menurut teori ini
kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi (function of the
situation). Teori yang ketiga ini menunjukkan bahwa, betapapun seorang pemimpin
telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan
fungsinya sebagai anggota kelompok, sukses tidaknya kepemimpinannya masih
ditentukan pula oleh situasi yang selalu berubah yang mempengaruhi perubahan
dan perkembangan kehidupan kelompok yang didampingnya.
5
Definisi Kepemimpinan
1.
Kepemimpinan
adalah prilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas suatu
kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (share goal) (Hemhill&
Coons, 1957:7).
2.
Kepemimpinan
adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasitertentu,
serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satuatau beberapa
tujuan tertentu (Tannenbaum, Weschler & Massarik, 1961:24)….
3.
Kepemimpinan
adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi
(Stogdill, 1974:411).
4.
Kepemimpinan
adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan beradadiatas
kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutin organisasi (Katz &
Kahn,1978:528)
5.
Kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi kearah
pencapaian tujuan (Rauch & Behling, 1984:46)
6.
Kepemimpinan
adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha
kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang dinginkan
untuk mencapai sasaran (Jacob & Jacques, 1990:281)
7.
Para
pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberi kontribusi yangefektif
terhadap orde sosial dan yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya
(Hosking, 1988:153)
2.5 Fungsi
Dari Kepemimpinan
Fungsi utama seorang pemimpin menurut Davis Krench dan
Richard S. Krutchfield sebagai berikut:
Perencana.
Pelaksana.
Penyusun kebijakan.
Tenaga ahli.
Wakil kelompok luar.
Pengawas dan pengendali pertalian-pertalian di dalam
kelompoknya.
Pelaksana hukuman dan pujian.
Pelerai bawahannya yang bersengketa.
Suri teladan bawahannya.
Jambang suatu kelompok.
Penanggung jawab.
Tokoh bapak.
Kambing hitam.
Pecinta ideologi bagi kelompoknya.
BAB 3
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organisasi sebagai kesatuan sosial, yaitu terdiri dari orang
atau kelompok orang yang berinteraksi satu sama lain. Setiap organisasi
dituntut selalu peka terhadap aspirasi, keinginan, tuntutan dan kebutuhan
berbagai kelompok dengan siapa organisasi berinteraksi.
Kepemimpinan yang merupakan sesuatu yang wajib dalam
kehidupan agar kehidupan menjadi teratur dan keadilan bisa ditegakkan, sehingga
tidak berlaku hukum rimba. Kepemimpinan juga dapat dikatakan penting apabila
memanfaatkan dan mengelola potensi setiap anggota dengan cara yang tepat . Maka
dari itu seorang pemimpin dalam mengendalikan kepemimpinannya harus mendorong
perilaku positif dan meminimalisir semua yang negatif, mencari pemecahan
masalah, mempelajari perubahan di sekitarnya, serta mencanangkan strategi yang
tepat untuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok juga merupakan
sarana pencapaian tujuan. Pemimpin dalam kehidupan organisasi mempunyai
kedudukan yang strategis dan merupakan gejala sosial yang selalu diperlukan
dalam kehidupan kelompok.
3.2
Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi
manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling
tidak untuk memimpin diri sendiri. Jika mampu berhasil memimpin dirinya sendiri
akan kelak berhasil juga menjadi pemimpin dari organisasi yang dijalankan.
3.3
Penutup
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi
“Kepemimpinan dalam Organisasi” yang kami bahas dalam makalah ini, semoga
bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua, kami mohon maaf atas
banyaknya kekurangan karena terbatasnya referensi yang kami peroleh. Sekiranya
para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kami. Sekian
penutup dari kami semoga makalah ini dapat bermanfaat, kami ucapkan
terimakasih.
REFERENSI